Rabu, 13 April 2011

Catatan Pramugari

Saya adalah seorang pramugari
biasa dari China Airline,karena
bergabung dengan perusahaan
penerbangan hanya beberapa
tahun dan tidak mempunyai
pengalaman yang mengesankan, setiap hari hanya melayani
penumpang dan melakukan
pekerjaan yang monoton. Pada tanggal 7 Juni yang lalu
saya menjumpai suatu
pengalaman yang membuat
perubahan pandangan saya
terhadap pekerjaan maupun
hidup saya. Hari ini jadwal perjalanan kami
adalah dari Shanghai menuju
Peking, penumpang sangat penuh
pada hari ini. Diantara penumpang saya
melihat seorang kakek dari desa,
merangkul sebuah karung tua
dan terlihat jelas sekali gaya
desanya, pada saat itu saya
yang berdiri dipintu pesawat menyambut penumpang kesan
pertama dari pikiran saya ialah
zaman sekarang sungguh sudah
maju seorang dari desa sudah
mempunyai uang untuk naik
pesawat. Ketika pesawat sudah terbang,
kami mulai menyajikan minuman,
ketika melewati baris ke 20,
saya melihat kembali kakek tua
tersebut, dia duduk dengan
tegak dan kaku ditempat duduknya dengan memangku
karung tua bagaikan patung. Kami menanyakannya mau minum
apa, dengan terkejut dia
melambaikan tangan menolak,
kami hendak membantunya
meletakan karung tua diatas
bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami
membiarkannya duduk dengan
tenang, menjelang pembagian
makanan kami melihat dia duduk
dengan tegang ditempat
duduknya, kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya. Akhirnya kepala pramugari
dengan akrab bertanya
kepadanya apakah dia sakit,
dengan suara kecil dia mejawab
bahwa dia hendak ke toilet
tetapi dia takut apakah dipesawat boleh bergerak
sembarangan, takut merusak
barang didalam pesawat. Kami menjelaskan kepadanya
bahwa dia boleh bergerak
sesuka hatinya dan menyuruh
seorang pramugara mengantar
dia ke toilet, pada saat
menyajikan minuman yang kedua kali, kami melihat dia melirik ke
penumpang disebelahnya dan
menelan ludah, dengan tidak
menanyakannya kami meletakan
segelas minuman teh dimeja dia,
ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan
terkejut dia mengatakan tidak
usah, tidak usah, kami
mengatakan engkau sudah haus
minumlah, pada saat ini dengan
spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang
logam yang disodorkan kepada
kami, kami menjelaskan
kepadanya minumannya gratis,
dia tidak percaya, katanya saat
dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan
meminta air kepada penjual
makanan dipinggir jalan dia tidak
diladeni malah diusir. Pada saat
itu kami mengetahui demi
menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai
mendekati bandara baru naik
mobil, karena uang yang dibawa
sangat sedikit, hanya dapat
meminta minunam kepada penjual
makanan dipinggir jalan itupun kebanyakan ditolak dan dianggap
sebagai pengemis. Setelah kami membujuk dia
terakhir dia percaya dan duduk
dengan tenang meminum
secangkir teh, kami menawarkan
makanan tetapi ditolak olehnya. Dia menceritakan bahwa dia
mempunyai dua orang putra
yang sangat baik, putra sulung
sudah bekerja di kota dan yang
bungsu sedang kuliah ditingkat
tiga di Peking. anak sulung yang bekerja di kota menjemput
kedua orang tuanya untuk
tinggal bersama di kota tetapi
kedua orang tua tersebut tidak
biasa tinggal dikota akhirnya
pindah kembali ke desa, sekali ini orang tua tersebut hendak
menjenguk putra bungsunya di
Peking, anak sulungnya tidak
tega orang tua tersebut naik
mobil begitu jauh, sehingga
membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya
bersama-sama ke Peking, tetapi
ditolak olehnya karena dianggap
terlalu boros dan tiket pesawat
sangat mahal dia bersikeras
dapat pergi sendiri akhirnya dengan terpaksa disetujui
anaknya. Dengan merangkul sekarung
penuh ubi kering yang disukai
anak bungsunya, ketika melewati
pemeriksaan keamanan
dibandara, dia disuruh menitipkan
karung tersebut ditempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa
sendiri, katanya jika ditaruh
ditempat bagasi ubi tersebut
akan hancur dan anaknya tidak
suka makan ubi yang sudah
hancur, akhirnya kami membujuknya meletakan karung
tersebut di atas bagasi tempat
duduk, akhirnya dia bersedia
dengan hati-hati dia meletakan
karung tersebut. Saat dalam penerbangan kami
terus menambah minuman
untuknya, dia selalu membalas
dengan ucapan terima kasih
yang tulus, tetapi dia tetap
tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia
sudah sangat lapar, saat
pesawat hendak mendarat
dengan suara kecil dia
menanyakan saya apakah ada
kantongan kecil? dan meminta saya meletakan makanannya di
kantong tersebut. Dia
mengatakan bahwa dia belum
pernah melihat makanan yang
begitu enak, dia ingin membawa
makanan tersebut untuk anaknya, kami semua sangat
kaget. Menurut kami yang setiap hari
melihat makanan yang begitu
biasa dimata seorang desa
menjadi begitu berharga. Dengan menahan lapar disisihkan
makanan tersebut demi anaknya,
dengan terharu kami
mengumpulkan makanan yang
masih tersisa yang belum kami
bagikan kepada penumpang ditaruh didalam suatu kantongan
yang akan kami berikan kepada
kakek tersebut, tetapi diluar
dugaan dia menolak pemberian
kami, dia hanya menghendaki
bagian dia yang belum dimakan tidak menghendaki yang bukan
miliknya sendiri, perbuatan yang
tulus tersebut benar-benar
membuat saya terharu dan
menjadi pelajaran berharga bagi
saya. Sebenarnya kami menganggap
semua hal tersebut sudah
berlalu, tetapi siapa menduga
pada saat semua penumpang
sudah turun dari pesawat, dia
yang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya
keluar dari pintu pesawat,
sebelum keluar dia melakukan
sesuatu hal yang sangat tidak
bisa saya lupakan seumur hidup
saya, yaitu dia berlutut dan menyembah kami, mengucapkan
terima kasih dengan bertubi-
tubi, dia mengatakan bahwa kami
semua adalah orang yang paling
baik yang dijumpai, kami di desa
hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang
begitu manis dan makanan yang
begitu enak, hari ini kalian tidak
memandang hina terhadap saya
dan meladeni saya dengan
sangat baik, saya tidak tahu bagaimana mengucapkan terima
kasih kepada kalian. Semoga Tuhan membalas
kebaikan kalian, dengan
menyembah dan menangis dia
mengucapkan perkataannya.
Kami semua dengan terharu
memapahnya dan menyuruh seseorang anggota yang bekerja
dilapangan membantunya keluar
dari lapangan terbang. Selama 5 tahun bekerja sebagai
pramugari, beragam-ragam
penumpang sudah saya jumpai,
yang banyak tingkah, yang
cerewet dan lain-lain, tetapi
belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami, kami
hanya menjalankan tugas kami
dengan rutin dan tidak ada
keistimewaan yang kami berikan,
hanya menyajikan minuman dan
makanan, tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut
sampai menyembah kami
mengucapkan terima kasih,
sambil merangkul karung tua
yang berisi ubi kering dan
menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak
tercinta, dan tidak bersedia
menerima makanan yang bukan
bagiannya, perbuatan tersebut
membuat saya sangat terharu
dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya
dimasa datang yaitu jangan
memandang orang dari
penampilan luar tetapi harus
tetap menghargai setiap orang
dan mensyukuri apa yang kita dapat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar