Jumat, 08 April 2011

Kisah Bocah Amerika Masuk Islam

Kisah spiritual anak kecil yang
memeluk islam hanya karena dia
baca mengenai buku Islam,
setelah sebelumnya orang
tuanya memberinya semua buku
semua agama yang ada di dunia, Orang tua mutusin agar anaknya
sendiri yang memilih agamanya. langsung aja baca bawah ane
KISAH BOCAH AMERIKA MASUK
ISLAM Rasulullah saw bersabda: "Setiap
bayi yang dilahirkan dalam
keadaan fitrah. Maka kedua
orang tuanyalah yang
menjadikannya Yahudi, atau
Nasrani, atau Majusi." (HR. Bukhari) Kisah bocah Amerika ini tidak lain
adalah sebuah bukti yang
membenarkan hadits tersebut di
atas. Alexander Pertz dilahirkan dari
kedua orang tua Nasrani pada
tahun 1990 M. Sejak awal ibunya
telah memutuskan untuk
membiarkannya memilih
agamanya jauh dari pengaruh keluarga atau masyarakat.
Begitu dia bisa membaca dan
menulis maka ibunya
menghadirkan untuknya buku-
buku agama dari seluruh agama,
baik agama langit atau agama bumi. Setelah membaca dengan
mendalam, Alexander
memutuskan untuk menjadi
seorang muslim. Padahal ia tak
pernah bertemu muslim
seorangpun. Dia sangat cinta dengan agama
ini sampai pada tingkatan dia
mempelajari sholat, dan mengerti
banyak hukum-hukum syar'i,
membaca sejarah Islam,
mempelajari banyak kalimat bahasa Arab, menghafal sebagian
surat, dan belajar adzan. Semua itu tanpa bertemu
dengan seorang muslimpun.
Berdasarkan bacaan-bacaan
tersebut dia memutuskan untuk
mengganti namanya yaitu
Muhammad 'Abdullah, dengan tujuan agar mendapatkan
keberkahan Rasulullah saw yang
dia cintai sejak masih kecil. Salah seorang wartawan muslim
menemuinya dan bertanya pada
bocah tersebut. Namun, sebelum
wartawan tersebut bertanya
kepadanya, bocah tersebut
bertanya kepada wartawan itu, "Apakah engkau seorang yang
hafal Al Quran ?" Wartawan itu berkata: "Tidak".
Namun sang wartawan dapat
merasakan kekecewaan anak itu
atas jawabannya. Bocah itu kembali berkata ,
"Akan tetapi engkau adalah
seorang muslim, dan mengerti
bahasa Arab, bukankah
demikian ?". Dia menghujani
wartawan itu dengan banyak pertanyaan. "Apakah engkau
telah menunaikan ibadah haji ?
Apakah engkau telah menunaikan
'umrah ? Bagaimana engkau bisa
mendapatkan pakaian ihram ?
Apakah pakaian ihram tersebut mahal ? Apakah mungkin aku
membelinya di sini, ataukah
mereka hanya menjualnya di
Arab Saudi saja ? Kesulitan apa
sajakah yang engkau alami,
dengan keberadaanmu sebagai seorang muslim di komunitas
yang bukan Islami ?" Setelah wartawan itu menjawab
sebisanya, anak itu kembali
berbicara dan menceritakan
tentang beberapa hal berkenaan
dengan kawan-kawannya, atau
gurunya, sesuatu yang berkenaan dengan makan atau
minumnya, peci putih yang
dikenakannya, ghutrah (surban)
yang dia lingkarkan di kepalanya
dengan model Yaman, atau
berdirinya di kebun umum untuk mengumandangkan adzan
sebelum dia sholat. Kemudian ia
berkata dengan penuh
penyesalan, "Terkadang aku
kehilangan sebagian sholat
karena ketidaktahuanku tentang waktu-waktu sholat." Kemudian wartawan itu bertanya
pada sang bocah, "Apa yang
membuatmu tertarik pada
Islam ? Mengapa engkau memilih
Islam, tidak yang lain saja ?" Dia
diam sesaat kemudian menjawab. Bocah itu diam sesaat dan
kemudian menjawab, "Aku tidak
tahu, segala yang aku ketahui
adalah dari yang aku baca
tentangnya, dan setiap kali aku
menambah bacaanku, maka semakin banyak kecintaanku". Wartawab bertanya kembali,
"Apakah engkau telah puasa
Ramadhan ?" Muhammad tersenyum sambil
menjawab, "Ya, aku telah puasa
Ramadhan yang lalu secara
sempurna. Alhamdulillah, dan itu
adalah pertama kalinya aku
berpuasa di dalamnya. Dulunya sulit, terlebih pada hari-hari
pertama". Kemudian dia
meneruskan : "Ayahku telah
menakutiku bahwa aku tidak
akan mampu berpuasa, akan
tetapi aku berpuasa dan tidak mempercayai hal tersebut". "Apakah cita-citamu ?" tanya
wartawan Dengan cepat Muhammad
menjawab, "Aku memiliki banyak
cita-cita. Aku berkeinginan untuk
pergi ke Makkah dan mencium
Hajar Aswad". "Sungguh aku perhatikan bahwa
keinginanmu untuk menunaikan
ibadah haji adalah sangat besar.
Adakah penyebab hal
tersebut ?" tanya wartawan lagi. Ibu Muhamad untuk pertama
kalinya ikut angkat bicara, dia
berkata : "Sesungguhnya gambar
Ka'bah telah memenuhi
kamarnya, sebagian manusia
menyangka bahwa apa yang dia lewati pada saat sekarang
hanyalah semacam khayalan,
semacam angan yang akan
berhenti pada suatu hari. Akan
tetapi mereka tidak mengetahui
bahwa dia tidak hanya sekedar serius, melainkan mengimaninya
dengan sangat dalam sampai
pada tingkatan yang tidak bisa
dirasakan oleh orang lain". Tampaklah senyuman di wajah
Muhammad 'Abdullah, dia melihat
ibunya membelanya. Kemudian dia
memberikan keterangan kepada
ibunya tentang thawaf di sekitar
Ka'bah, dan bagaimanakah haji sebagai sebuah lambang
persamaan antar sesama
manusia sebagaimana Tuhan
telah menciptakan mereka tanpa
memandang perbedaan warna
kulit, bangsa, kaya, atau miskin. Kemudian Muhammad
meneruskan, "Sesungguhnya aku
berusaha mengumpulkan sisa dari
uang sakuku setiap minggunya
agar aku bisa pergi ke Makkah
Al-Mukarramah pada suatu hari. Aku telah mendengar bahwa
perjalanan ke sana
membutuhkan biaya 4 ribu dollar,
dan sekarang aku mempunyai
300 dollar." Ibunya menimpalinya seraya
berkata untuk berusaha
menghilangkan kesan
keteledorannya, "Aku sama sekali
tidak keberatan dan
menghalanginya pergi ke Makkah, akan tetapi kami tidak
memiliki cukup uang untuk
mengirimnya dalam waktu dekat
ini." "Apakah cita-citamu yang lain ?"
tanya wartawan. "Aku bercita-cita agar Palestina
kembali ke tangan kaum muslimin.
Ini adalah bumi mereka yang
dicuri oleh orang-orang Israel
(Yahudi) dari mereka." jawab
Muhammad Ibunya melihat kepadanya
dengan penuh keheranan. Maka
diapun memberikan isyarat
bahwa sebelumnya telah terjadi
perdebatan antara dia dengan
ibunya sekitar tema ini. Muhammad berkata, "Ibu, engkau
belum membaca sejarah, bacalah
sejarah, sungguh benar-benar
telah terjadi perampasan
terhadap Palestina." "Apakah engkau mempunyai cita-
cita lain ?" tanya wartawan lagi. Muhammad menjawab, "Cita-
citaku adalah aku ingin belajar
bahasa Arab, dan menghafal Al
Quran." "Apakah engkau berkeinginan
belajar di negeri Islam ?" tanya
wartawan Maka dia menjawab dengan
meyakinkan : "Tentu" "Apakah engkau mendapati
kesulitan dalam masalah
makanan ? Bagaimana engkau
menghindari daging babi ?" Muhammad menjawab, "Babi
adalah hewan yang sangat kotor
dan menjijikkan. Aku sangat
heran, bagaimanakah mereka
memakan dagingnya. Keluargaku
mengetahui bahwa aku tidak memakan daging babi, oleh
karena itu mereka tidak
menghidangkannya untukku. Dan
jika kami pergi ke restoran,
maka aku kabarkan kepada
mereka bahwa aku tidak memakan daging babi." "Apakah engkau sholat di
sekolahan ?" "Ya, aku telah membuat sebuah
tempat rahasia di perpustakaan
yang aku shalat di sana setiap
hari" jawab Muhammad Kemudian datanglah waktu
shalat maghrib di tengah
wawancara. Bocah itu langsung
berkata kepada
wartawan,"Apakah engkau
mengijinkanku untuk mengumandangkan adzan ?" Kemudian dia berdiri dan
mengumandangkan adzan. Dan
tanpa terasa, air mata mengalir
di kedua mata sang wartawan
ketika melihat dan
mendengarkan bocah itu menyuarakan adzan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar